Keberadaan pantulan cahaya ini bisa dilihat mata, sehingga tabir surya berbahan mineral seringkali memberikan kesan putih pada kulit. Sedangkan, bahan kimia, seperti avobenzone, oxybenzone, dan homosalate, berfungsi menyerap sinar UV. Efektivitas kedua bahan tabir surya ini dapat berkurang seiring berjalannya waktu, sehingga penting untuk mengaplikasikannya kembali setiap dua jam, atau lebih sering jika Anda beraktivitas di air atau berkeringat.
Pada dasarnya, tabir surya cenderung lebih efisien dalam menghalau sinar UVB yang memiliki panjang gelombang pendek dibandingkan dengan sinar UVA yang memiliki panjang gelombang lebih panjang. Faktor Perlindungan Matahari (SPF) mengukur kemampuan tabir surya dalam melindungi dari sengatan matahari, yang sejatinya adalah kemampuannya dalam memblokir sinar UVB.
Dr. Frey, dokter kulit dan penulis buku The Skincare Hoax, menyebutkan hanya sejumlah bahan yang mendapatkan persetujuan untuk dipakai di Amerika Serikat, seperti avobenzone, oxybenzone, zinc oxide, dan dalam kadar yang lebih sedikit, titanium dioksida, yang efektif memblokir sinar UVA.
“Untuk memastikan tabir surya memberikan perlindungan terhadap UVA, carilah produk yang mengandung bahan tersebut, atau lihat apakah memiliki label ‘spektrum luas’, yang menunjukkan kemampuannya melindungi dari sinar dengan panjang gelombang yang lebih panjang,” ungkapnya.
Dalam memilih tabir surya yang optimal untuk menghindari gejala penuaan, Dr. Von Schuckmann menyarankan untuk memilih yang memiliki label spektrum luas dan SPF 50 atau di atasnya.
“Apakah bahan dasarnya kimia atau mineral tidak terlalu berpengaruh. Yang terpenting adalah pastikan Anda mengaplikasikannya ke kulit setiap pagi,” jelas Dr. Schuckman.