Liputan6.com, Jakarta – Kekayaan budaya Indonesia telah berhasil memikat wisatawan dalam dan luar negeri. Salah satunya dengan kehadiran deretan candi di berbagai wilayah, tak terkecuali Candi Sukuh di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Dikutip dari laman resmi Badan Otorita Borobudur, Minggu (3/9/2023), sejarah Candi Sukuh pertama kali ditemukan pada 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Ketika menemukannya, Johnson hanya meneliti untuk mengumpulkan data-data sebagai bahan untuk menulis buku “the History Of Java” yang dilakukan oleh Thomas Stamford Raffles.
Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, Van Der vlies yang merupakan arkeolog Belanda meneliti pemugaran pertama yang dimulai pada 1928. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Candi Sukuh telah ada sejak lama dan sampai kini masih terawat.
Candi Sukuh termasuk dalam Kompleks candi Hindu di Karanganyar. Lokasi ini mudah ditemukan oleh para wisatawan yang ingin berwisata ke tempat ini.
Candi ini berlokasi di lereng kaki Gunung Lawu dengan ketinggian kurang lebih 1.186 meter. Tingginya lokasi tersebut menjadikan daerah dari Candi Sukuh ini sangat sejuk sehingga banyak diminati oleh wisatawan.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung harus menempuh jarak 20 kilometer (km) dari Kota Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta. Candi ini mengesankan kesederhanaan juga mencolok bagi yang berkunjung.
Kesederhanaan dari candi ini terlihat dari bentuk bangunannya yang hampir sama dengan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Fakta dari bangunan tersebut menarik minat peneliti dari Belanda pada 1930.
Peneliti tersebut memberikan tiga argumen mengenai struktur bangunan yang sedikit aneh. Salah satu argumennya, yakni mereka menganggap bahwa pembangunan candi tersebut dilakukan secara terburu-buru sehingga menjadikan strukturnya tidak rapi. Dari segi bentuk memang candi ini tidak sama dengan Candi Prambanan dan Borobudur yang terlihat menawan.