Sejumlah reaksi muncul di dunia maya, khususnya terkait klaim isu keberlanjutan Adidas. Beberapa warganet kecewa, menganggap bahwa perusahaan ini hanya berupaya menarik perhatian dengan mengklaim produknya ramah lingkungan, sementara realitanya sepatu yang dijual dengan harga premium tersebut hanya bisa bertahan untuk satu kali lomba.
Istilah “greenwashing” pun menjadi sorotan, yang mengacu pada praktik perusahaan yang berpura-pura peduli terhadap isu lingkungan hanya demi meningkatkan citra positif. Salah satu warganet dengan tegas mengkritik langkah Adidas di media sosial, terutama di Instagram.
Dia menulis, “Jangan mengklaim diri sebagai perintis sepatu eco-friendly yang bertujuan menghapus sampah plastik, sementara Anda memproduksi sepatu Rp7 juta yang hanya dirancang untuk satu perlombaan.”
Kritik lain muncul dari seorang pengguna yang mengakui bahwa Adidas memang telah membuat kemajuan signifikan dalam hal keberlanjutan dan penggunaan bahan daur ulang. Namun, rilis sepatu baru ini, menurutnya, tampaknya bertentangan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan yang selama ini diusung oleh Adidas. Dengan kata lain, sepatu baru ini tampaknya menjadi langkah mundur dari komitmen tersebut.
“Bagaimana Anda bisa konsisten dengan prinsip-prinsip tersebut saat merancang sepatu yang, meski hebat, hanya dirancang untuk satu lomba? Apakah @adidasrunning telah mengesampingkan komitmen keberlanjutannya untuk mencapai kesuksesan?” tanya komentator tersebut, yang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang pelari maraton.